Selasa, 13 Desember 2011

Bisnis Rongsokan,Bukan Penadah Barang Curian

Yang pertama saya tulis adalah mohon maaf kepada yang bergerak di bidang jual beli rongsokan,beling,besi bekas,kaleng-kaleng.plastik,kardus,karton,kertas dan lain sebagainya.

Menurut pengalaman saya karena ini opini saja,dulu waktu di kampung di sebuah kota di Jawa Barat,di dekat rumah saya ada sebuah tanah kosong yang di pakai atau disulap menjadi gudang barang-barang rongsokan yang kebanyakannya dari plastik-plastik,besi bekas dan lainnya.Entah bagaimana caranya pemerintah setempat sampai bisa mengijinkan operasinya perusahaan itu.Terlalu gelap buat saya,setahu saya kalau mau membuka usaha semacam itu harus ada juga ijin dari warga sekitar.

Yang jadi masalah tentu bukan jenis usahanya,karena pasti akan banyak yang tersinggung kalau bicara jenis usaha ini sebagai usaha yang campur ilegal,karena sudah banyak yang menjadi kaya raya bahkan menjadi sarjana-sarjana anak-anaknya.Atau menjadi pengusaha yang maju karena keuntungan yang besar dari bisnis sampah ini di masa emasnya.

Saya lihat kalau dulu itu kaleng,plastik atau botol atau barang alumunium itu hanya ditukar oleh makan ringan saja semacam ciki-ciki begitu,padahal mereka menjualnya dengan lumayan mahal.Cara begini lalu ditinggalkan diganti dengan cara jual beli biasa saja yaitu dibayar dengan uang tunai.

Akibatnya barang rongsokan apalagi yang berbentuk logam menjadi semacam barang serupa emas,yaitu bisa cair saat itu juga malah ada yang menerima 24 jam waktu transaksi,saat ini butuh uang saat ini pula cair tanpa ba bi bu menanyakan dari mana apalagi surat-surat kepemilikan barang,ah tidak sama sekali,pokoknya instan sangat insatnt ada barang ada uang langsung jreng kontan dibayar.

Akibatnya di kampung saya menjadi tidak aman,anak-anak miskin atau anak jalanan atau malah anak-anak dan pemuda bahkan orang tua yang tadinya iseng pun ikut memburu sampah-sampah emas itu,dari yang menyusuri jalan memakai tingkat magnet,sampai mereka menyusuri sungai-sungai dan menyusuri tempat sampah perkampungan yang jijik-jijik.(terkecuali pemulung yang di TPA tak termasuk ulasan ini).

Kegiatan itu semua selama menemukannya hasil temuan dari sampah ya tidak masalah,namanya juga sampah pasti sudah dibuang pemiliknya dan bebas saja siapa yang mau memungutnya.

Tetapi akhir-akhir ini di kampung saya kegiatan memungut emas sampah itu sudah kelewat batas,dimana mereka telah ada yang berani mencuri barang-barang yang laku di penampungan rongsokan itu,coba saja wajan,panci,ember plastik,cangkul,garpu,tiang jemuran dari besi,atau sepeda butut di halaman rumah,pagar rumah dari besi yang sudah hampir terlepas dari temboknya,semua barang yang laku di beli di penampungan mereka embat,mereka mencuri.

Hasil  mencuri itu kemana dijual sudah pasti mereka jual ke penampungan rongsokan itu dengan dicampur hasil temuan di tempat sampah beneran,malah kalau berhasil mencuri panci atau ember yang masih bagus mereka sengaja di hancurkan dan dibikin remuk dulu biar kelihatan rusak.

Terus halnya si pembeli,penampung barang rongsokan itu tanpa banyak tanya ini itu,semua barang yang datang ke gudangnya di timbang dan jreng dibayar kontan,ibarat orang menjual emas,kontan tanpa hutang.

Ambruknya jembatan Kukar,ambruknya salahsatu tower di Kalsel beberapa waktu lalu mungkin saja pembangunannya tidak sesuai dengan bestek yang seharusnya,karena dikabarkan pula bahwa pada waktu pembangunanya banyak pencuri besi,plat-plat besi dan logam banyak yang dicuri di lokasi penyimpanannya malah yang sudah dipancang juga ada yang sebagian di preteli besinya.

Para kontraktor yang membangun gedung-gedung dan jembatan di kota saya juga sekarang banyak mengeluh,karena mereka selama membangun proyek-proyeknya selalu kecolongan material-material di lapangan,atau dilokasi bahkan sampai gergaji besi pun pernah hilang.Dan usut punya usut ternyata ada di sebuah penampungan barang rongsokan.

Saya tah tahu banyak tentang ijin Usaha penampungan barang rongsokan ini,tetapi sepertinya pemerintah  sudah harus menertibkan perjalanan usaha macam begini,Tentu saja saya tidak menggeneralisasi semua jenis usaha begini adalah penadah barang curian,tetapi saya mau berkata bahwa jenis usaha ini membuka lebar kesempatan untuk menjadi penadah barang curian.

Nyatanya sekarang ini di kampung saya tak aman,bila menyimpan ember di teras setengah hari saja kelupaan memasukan ke rumah,sore harinya ember akan hilang,dan cek saja ke penampung terdekat pasti sang ember sudah hadir disana.

“Mengais” Rupiah Sebagai Pengepul Barang Rongsokan 2

Barang-barang rongsokan seperti plastik, kertas, tembaga, dan sebagainya banyak melimpah di sekitar kita. Hal tersebut tanpa disadari menjadi sebuah peluang bisnis yang tidak hanya menggiurkan, tetapi juga akan mendatangkan keuntungan lumayan. Meski terkesan ‘jorok’, namun perputaran uang dalam bisnis ini lebih cepat dari usaha-usaha lainnya. Barang-barang rongsokan yang memiliki harga jual tinggi antara lain besi rongsokan, kemudian plastik/ koran bekas. Untuk besi rongsokan memang susah untuk didapat, berbeda dengan kertas/ koran bekas yang dapat dengan mudah ditemukan di rumah-rumah ataupun perkantoran.
Bisnis ini bagi kebanyakan orang dikatakan bisnis “pemulung”, namun hasil dari bisnis ini bisa disejajarkan dengan usaha-usaha lainnya yang lebih mentereng. Menurut seorang pengusaha barang bekas Raisya yang selama ini membuka usahanya di kawasan Cimanggis, Depok, untuk membuka usaha ini diperlukan kerja keras, semangat, dan positif thinking. Karena jika tidak, maka peluang bisa diambil pihak lain yang juga menggeluti usaha dibidang yang sama. “Karena usaha ini bergulir terus. Setiap hari ada saja barang baru yang datang untuk dibeli dari pengepul. Jadi, persaingan juga ketat,” imbuhnya tanpa mau menyebutkan berapa keuntungan yang diperolehnya setiap bulan dari usahanya ini.
Menjadi pengepul barang bekas memang memerlukan tekad dan berani malu, karena tidak sedikit pula orang yang ragu dan merasa jorok dengan usaha semacam ini. Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah memiliki tempat penampungan. Kemudian setelah itu Anda hanya perlu mencari informasi tentang harga beli dan jual barang-barang bekas di wilayah Anda, cari yang paling murah harga belinya. Kemungkinan perbedaan harganya hanya 100 sampai 200 rupiah, tapi percayalah uang receh itu nantinya yang membuat usaha anda besar apalagi bila transaksi nya sampai berton-ton. Terlebih jika Anda menjalin sebuah kesepakatan dengan pengepul yang lebih besar dikota Anda, apabila Anda sanggup menyediakan barang bekas dengan jumlah tertentu, kemungkinan besar Anda akan diberi harga yang lebih murah sehingga margin keuntungan anda akan lebih besar.
Setelah itu Anda perlu promosi usaha Anda, baik itu melalui iklan baris di koran-koran dengan ataupun dengan memberitahu ke orang-orang terdekat Anda tentang usaha yang dirintis ini. promosi dari mulut ke mulut akan lebih efektif pastinya, bila hal tersebut dirasa masih kurang dan Anda masih punya dana, tidak ada salahnya buat selebaran pemberitahuan yang disebar disekitar rumah Anda. Selebaran ini cukup dari kertas buram biasa tetapi dengan bahasa yang menarik. Cantumkan nama, alamat Anda, no telp, dan kesediaan Anda untuk mengambil barang2 bekas dari pelanggan dengan harga yang pantas.
Kunci untuk sukses dalam usaha ini adalah sabar, karena proses ini memang tidak instan, seorang anak umur 18 tahun di kota Malang mulai merintis bisnis ini dengan modal hanya 300rb dari uang tabungannya, harus menunggu selama 1 bulan lebih untuk mendapatkan pelanggan pertamanya, dan usahanya kini ber omset 20 sampai 25 juta dalam 1 bulan, transaksi dalam sebulan mencapai 2 sampai 3 ton barang-barang bekas. Jadi, ingat juga rumus ‘kalau ada satu, berarti ada dua’, sehingga Anda harus menunggu pelanggan pertama muncul, karena pasti berikutnya ada pelanggan kedua.

Bisnis Barang Rongsokan/Bekas, Kenapa Tidak?

Lupakan hingar bingar perpolitikan kita yang tidak jelas juntrungannya, dan berhentilah berharap pemerintah akan membantu perekonomian rakyatnya selagi masih banyak kasus korupsi yang merajalela. Kita masih bisa tetap bangkit di masa ekonomi sulit seperti sekarang ini. Masih banyak peluang usaha yang bisa dikerjakan agar kita tidak berpangku tangan mengharap bantuan dari orang lain.
Salah satunya adalah usaha barang rongsokan atau barang bekas. Tulisan ini terinspirasi dari hasil wawancara saya dengan pelaku usaha barang rongsokan dan barang bekas. Sebut saja pak Sani, kesehariannya dia berdagang bakso pikulan. Pagi hari ke pasar beli daging, trus digiling di tempat penggilingan daging langganannya, untuk kemudian dijual pada siang harinya. Dan tidak sampe sore hari dagangannya biasanya sudah habis.
Pak Sani juga nyambi sebagai tukang pijit, istrinya juga bekerja serabutan terkadang juga jadi tukang pijit khusus wanita. Suatu hari saat memijit saya dia bercerita tentang sepak terjangnya dibisnis barang rongsokan yang menurutnya sangat menguntungkan (meski dia tidak menyebut nominalnya).
Barang2 yang menurut dia sangat tinggi harga jualnya salah satunya adalah besi rongsokan, namun barang tersebut susah didapat. Kemudian disusul plastik dan kertas/koran bekas. Berbeda dengan besi rongsokan, kertas/koran bekas lebih gampang didapatkan mengingat pak sani tinggal dekat dengan lingkungan kampus dan perkantoran serta daerah yang padat penduduk. Sembari menjajakan dagangannya biasanya pak Sani juga menawarkan jasa pembelian barang bekas/rongsokan yang dimiliki warga. Meskipun penghasilannya dari bisnis barang bekas/rongsokan ini lebih besar ketimbang berjualan bakso, pak Sani tetap berjualan bakso seperti biasanya.
Lain lagi dengan tetangga bulik saya di daerah gamping sana, seorang mahasiswa asal cirebon justru menjadikan bisnis besi rongsokan ini sebagai mata pencahariannya, bahkan dia telah memiliki 10 pegawai yang dia pekerjakan untuk membantunya. :D

Menangguk Untung Dari Barang Rongsok

Bagi sebagian orang barang rongsokan selalu dihindari dan dibuang jauh-jauh dari sekitar kita. Akan tetapi ternyata barang rongsok atau barang bekas justru menjadi sumber penghasilan yang bisa menghidupi keluarganya. Setidaknya itulah yang dialami oleh Bapak Abas, lelaki beranak satu kelahiran Sampang Madura. Pak Abas memang menggantungkan kehidupannya pada barang-barang rongsok elektronika, besi tua, bekas peralatan kantor bahkan sisa bongkaran gedung. Setiap harinya dia melakukan bisnis membeli barang-barang rongsok tersebut dari beberapa instansi dan milik perorangan. Dengan usaha dibawah bendera UD Barokah Pak Abas mengendalikan bisnis barang rongsokan dari kantornya di kawasan Prayan Wetan, Jl Gejayan Yogyakarta. Meski demikian wilayah kerjanya tidak hanya di Yogyakarta tetapi hampir meliputi seluruh pulau Jawa.

Perjalanan Pak Abas dengan barang rongsokan diawali semenjak ia lulus SMA pada tahun 1997. Lingkungan keluarga dan tetangganya di Desa Omben, Sampang, Madura banyak yang menekuni bisnis rongsok dan besi tua sedikit banyak mempengaruhi jalan hidupnya. Sejak lulus SMA ia sudah memulai hidup menjadi pengumpul barang rongsok dengan beberapa rekannya. Kehidupannyapun kerap berpindah-pindah kota dari Surabaya, Bali, Jakarta dan kota-kota lainnya. Kebanyakann ia bekerja mengikuti sanak familinya yang lebih dulu bisnis barang rongsok. Nampaknya kehidupannya menjadi pengumpul barang rongsok tidak mengalami perubahan secara significant.
Kehidupan mulai berubah sejak sekitar tahun 2006, di Yogyakarta teman-teman pengumpul barang rongsokan kebanyakan hanya berlatar belakang SD sedangkan ia lulusan SMA membuat fikirannya lebih maju. Berbekal sepeda hasil tebusan dari Pegadaian ia berkeliling kompleks perumahan mencari barang-barang rongsokan. wilayah kerjanya di kompleks perumahan memnuat wawasan dan bisnisnya semakin meningkat hingga akhirnya ia mampu membeli sepeda motor. Dengan berbekal sepeda motor itulah ia mulai memberanikan diri memasuki instansi pemerintahan atau perkantoran untuk mencari barang rongsokan alat kantor seperti komputer, printer, mesin foto copy, mebelair dan lain-lain.
Barang rongsokannya sendiri ia beli kemudian dipilih berdasarkan jenis barangnya. Misalnya saja untuk Monitor komputer, tabung ia pisahkan sendiri untuk dijual pada perusahaan perakitan TV di wilayah Solo, PCB atau mainboardnya diambil komponen yang penting dan berharga cukup mahal, sedangkan casing biasanya dijual sebagai bahan daur ulang. Disinilah letak keterampilan dan kejelian dalam menaksir sebuah barang.
Perkenalan dengan instansi pemerintah dan kantor inilah yang mendorong ia untuk mulai membuat perusahan sendiri, karena beberapa kantor dan instansi memerlukan aspek legal seperti stempel, kuitansi yang dibubuhi kop, proposal penawaran da lain-lain. Menutur Pak Abas pada awalnya dia tidak bisa mengetik dengan komputer apalagi membuat proposal, pertama kali dia harus minta petugas rental untuk mebuatkan proposal penawaran. Dengan semakin meningkatnya hubungan dengan banyak instansi akhirnya dia mulai belajar mengetik dan membuat proposal sendiri. Kini wilayahnya mencari barang rongsokan adalah instansi-instansi dan kantor. Selain itu ia juga membeli gedung-gedung yang akan dirobohkan untuk diambil materialnya.
Perjalanan sukses bisnis Pak Abas memang tidak selamanya mudah, barang rongsok memang tidak mudah dicari karena tidak diproduksi, ia harus rajin mencari di mana ada barang rongsokan. Di sini kuncinya adalah membangun jaringan yang baik ,baik dengan instansi atau sesama pedagang barang rongsok. Tidak jarang barang rongsok yang datang justru dari sesama pedagang yang tidak sanggup membeli dari pemilik. Kerjasama antar sesama pebisnis barang rongsok sangat menguntungkan. Pengalaman pahit pernah dialami Pak Abas ketika memasuki sebuah instansi dengan memakai sandal, dia harus diusir bahkan tidak boleh membeli barang rongsok dari situ lagi. Akhirnya dia minta maaf dan selalu memakai sepatu ketika memasuki sebuah instansi. Pengalaman lain adalah ketika memasuki sebuah kantor dengan sepeda motor dan kerombong barang di belakangnya. Dia tidak bloeh masuk oleh satpam karena dicurigai akan berbuat kejahatan. Semenjak itu ia selalu berpakaian necis setiap memasuki kantor, baru saat barang siap diangkut dia akan sewa mobil atau sepeda motor dengan kerombong.
Kini setelah usahanya dengan bendera UD Barokah semakin berkembang ia ingin mengembangkan wilayahnya di seluruh Indonesia terutama Pulau Jawa yang belum semua terjangkau. Kepada galeriukm ia menyatakan ingin menggunakan teknologi IT sebagai media pemasaran dan sosialisasi bisnisnya tersebut. Meski ia sendiri sangat awam dengan Teknologi IT tetapi ia berharap besar pada mesia itu. Dengan web yang masih dalam tahap pengembangan ia ingin usaha barang rongsokannya dapat dikenal di seluruh Indonesia, dengan demikian ia tidak pernah kehabisan barang rongsokan untuk diperdagangkan.Ia melihat peluang usaha barang rongsokan masih cukup bagus untuk ditekuni.

“Mengais” Rupiah Sebagai Pengepul Barang Rongsokan


rongsokan 300x225 Mengais” Rupiah Sebagai Pengepul Barang RongsokanBarang-barang rongsokan seperti plastik, kertas, tembaga, dan sebagainya banyak melimpah di sekitar kita. Hal tersebut tanpa disadari menjadi sebuah peluang bisnis yang tidak hanya menggiurkan, tetapi juga akan mendatangkan keuntungan lumayan. Meski terkesan ‘jorok’, namun perputaran uang dalam bisnis ini lebih cepat dari usaha-usaha lainnya. Barang-barang rongsokan yang memiliki harga jual tinggi antara lain besi rongsokan, kemudian plastik/ koran bekas. Untuk besi rongsokan memang susah untuk didapat, berbeda dengan kertas/ koran bekas yang dapat dengan mudah ditemukan di rumah-rumah ataupun perkantoran.

Bisnis ini bagi kebanyakan orang dikatakan bisnis “pemulung”, namun hasil dari bisnis ini bisa disejajarkan dengan usaha-usaha lainnya yang lebih mentereng. Menurut seorang pengusaha barang bekas Raisya yang selama ini membuka usahanya di kawasan Cimanggis, Depok, untuk membuka usaha ini diperlukan kerja keras, semangat, dan positif thinking. Karena jika tidak, maka peluang bisa diambil pihak lain yang juga menggeluti usaha dibidang yang sama. “Karena usaha ini bergulir terus. Setiap hari ada saja barang baru yang datang untuk dibeli dari pengepul. Jadi, persaingan juga ketat,” imbuhnya tanpa mau menyebutkan berapa keuntungan yang diperolehnya setiap bulan dari usahanya ini.

Menjadi pengepul barang bekas memang memerlukan tekad dan berani malu, karena tidak sedikit pula orang yang ragu dan merasa jorok dengan usaha semacam ini. Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah memiliki tempat penampungan. Kemudian setelah itu Anda hanya perlu mencari informasi tentang harga beli dan jual barang-barang bekas di wilayah Anda, cari yang paling murah harga belinya. Kemungkinan perbedaan harganya hanya 100 sampai 200 rupiah, tapi percayalah uang receh itu nantinya yang membuat usaha anda besar apalagi bila transaksi nya sampai berton-ton. Terlebih jika Anda menjalin sebuah kesepakatan dengan pengepul yang lebih besar dikota Anda, apabila Anda sanggup menyediakan barang bekas dengan jumlah tertentu, kemungkinan besar Anda akan diberi harga yang lebih murah sehingga margin keuntungan anda akan lebih besar.

Setelah itu Anda perlu promosi usaha Anda, baik itu melalui iklan baris di koran-koran dengan ataupun dengan memberitahu ke orang-orang terdekat Anda tentang usaha yang dirintis ini. promosi dari mulut ke mulut akan lebih efektif pastinya, bila hal tersebut dirasa masih kurang dan Anda masih punya dana, tidak ada salahnya buat selebaran pemberitahuan yang disebar disekitar rumah Anda. Selebaran ini cukup dari kertas buram biasa tetapi dengan bahasa yang menarik. Cantumkan nama, alamat Anda, no telp, dan kesediaan Anda untuk mengambil barang2 bekas dari pelanggan dengan harga yang pantas.

Kunci untuk sukses dalam usaha ini adalah sabar, karena proses ini memang tidak instan, seorang anak umur 18 tahun di kota Malang mulai merintis bisnis ini dengan modal hanya 300rb dari uang tabungannya, harus menunggu selama 1 bulan lebih untuk mendapatkan pelanggan pertamanya, dan usahanya kini ber omset 20 sampai 25 juta dalam 1 bulan, transaksi dalam sebulan mencapai 2 sampai 3 ton barang-barang bekas. Jadi, ingat juga rumus ‘kalau ada satu, berarti ada dua’, sehingga Anda harus menunggu pelanggan pertama muncul, karena pasti berikutnya ada pelanggan kedua.